‘Ask your heart if you still trust in love’
Mew’s room
Langit di luar sudah gelap, tapi Mew tetap membiarkan jendela kamarnya terbuka, membiarkan angin malam masuk. Lampu kamar pun tidak dia nyalakan, menciptakan suasana yang tidak jauh berbeda dengan di luar. Di luar dingin, begitu pula dengan kamarnya. Di luar gelap, begitu pula dengan kamarnya. Dia senang seperti ini. Mew duduk di tepi tempat tidurnya. Matanya hampa menatap lantai. Walaupun saat itu badannya ada di kamar, tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya menerawang, jauh kembali ke malam natal tahun lalu.
Flashback saat christmas eve tahun lalu...
Mew dan personel August yang lain baru saja menyelesaikan konser pertama mereka di Siam Square. Aex berjalan di sampingnya, dari tadi dia berusaha menghibur Mew. Aex merasa ada yang salah dengan Mew malam ini, tapi ia tidak berani menanyakannya langsung pada Mew. Mew belum mengucapkan sepatah kata pun sejak personel August yang lain memutuskan untuk merayakan suksesnya konser perdana mereka dengan makan bersama. Mereka baru saja berjalan menuju parkiran mobil sebelum Mew mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang.
“Mew!”
Mew berbalik dan langsung melihat orang yang memanggilnya. Dia merasa bersemangat lagi, karena ternyata yang memanggilnya adalah Tong. Mew lalu menghampiri Tong.
“Hey Tong,” jawab Mew malu-malu.
“The music was great,” Tong mengatakannya dengan senyum yang juga tak kalah indah dengan lagu Mew.
Dipuji seperti itu membuat pipi Mew memerah.“Do you have anything to say after listening it?” Mew sangat berharap Tong mengatakan tiga kata itu.
“Umm...,”Tong ragu-ragu,“I can’t be with you as your boy friend.”
Sesaat Mew mengira ia salah mendengar apa yang dikatakan Tong barusan. Tong sudah menyempatkan untuk datang melihat konser Mew padahal Mew sudah menjauhi Tong selama beberapa minggu, lalu sekarang Tong menemuinya secara langsung untuk mengatakan ini? Mew tidak percaya.
“But that doesn’t mean that I don’t love you,”lanjut Tongbegitu melihat ekspresi kekecewaan di wajah Mew.
Mew tertawa kecil, teringat salah satu bait di lirik lagunya, if there is love, there is always hope. Tong masih mencintai Mew, itu artinya Mew masih punya harapan.
“Thank you,” hanya itu yang bisa diucapkan Mew.
Malam itu Tong memberi Mew bagian hidung yang hilang dari boneka kayu hadiah Tong untuk Mew saat mereka kecil dulu. Sekarang boneka itu akan utuh, begitu pula dengan hati Mew. Walaupun Tong bilang dia tidak bisa menjadi pacar Mew, Mew tidak akan pernah perlu untuk takut kehilangan orang yang dia cintai lagi. Malam itu dia sangat yakin.
Mew mengerti keputusan Tong untuk seperti itu. Keluarga Tong sedang tertimpa masalah. Korn, ayah Tong, sedang menderita sakit parah karena depresi setelah kehilangan Tang, kakak Tong. Dan sudah sepantasnyalah Tong membantu ibunya menghadapi masalah itu bersama keluarganya. Mengutamakan cinta Mew dan Tong pada saat itu bukanlah solusi yang terbaik. Hanya saja...
Beberapa bulansudah berlalu dan tidak pernah sekali pun Mew bertemu Tong lagi. Mew mulai ragu, banyak pertanyaan muncul dari hatinya. Apakah yang dikatakan Tong malam itu Cuma untuk menghibur dirinya saja? Kalau begitu, bagaimana perasaan Tong yang sebenarnya pada Mew? Bila dia Cuma menganggap Mew sebagai teman, lalu kenapa malam itu Tong mencium Mew? Banyak hal yang ingin Mew tanyakan langsung pada Tong. “It would be better if I can make my heart understand his reason as easy as my brain, woudn’t it?” tanya Mew masih dengan pandangan hampa pada boneka santa kayu yang ada di meja belajarnya.
Kehidupan Mew sendiri banyak berubah setelah malam itu.Dia tidak lagi memerhatikan hari-hari. Hari demi hari terlewati begitu saja. Tidak ada yang spesial. Malah keadaan di sekolah sepertinya memburuk.Setiap usai kelas, dia langsung ke kafetaria tanpa menunggu teman-temannya yang lain. Berusaha menghindari tatapan orang-orang sebisa mungkin.Murid-murid di sekolahnya kini memilki pandangan lain padanya. Bukan pandangan bagus seperti Mew si vokalis August atau Mew yang pandai mengarang lagu-lagu cinta. Melainkan Mew yang gay dan Mew yang seperti perempuan. Mew tidak tahu siapa yang memulai, tapi jelas ada yang membocorkan rahasianya.
Bib bip bip...
Sms dari Aex:
Hurry up will ya!
Y u always late?
You should look at Aod face...
Mew menghela napas, setidaknya dia punya bandnya untuk mengalihkan perhatiannya dari Tong walau tidak sepenuhnya. Bukannya dia sudah tidak mencintai Tong, tapi setiap kali dia mengingat Tong, dadanya terasa sesak. Sehingga dia pun memutuskan untuk tidak terlalu sering memikirkan Tong. Dia perlu pengalih perhatian.
Mew’s room
Langit di luar sudah gelap, tapi Mew tetap membiarkan jendela kamarnya terbuka, membiarkan angin malam masuk. Lampu kamar pun tidak dia nyalakan, menciptakan suasana yang tidak jauh berbeda dengan di luar. Di luar dingin, begitu pula dengan kamarnya. Di luar gelap, begitu pula dengan kamarnya. Dia senang seperti ini. Mew duduk di tepi tempat tidurnya. Matanya hampa menatap lantai. Walaupun saat itu badannya ada di kamar, tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya menerawang, jauh kembali ke malam natal tahun lalu.
Flashback saat christmas eve tahun lalu...
Mew dan personel August yang lain baru saja menyelesaikan konser pertama mereka di Siam Square. Aex berjalan di sampingnya, dari tadi dia berusaha menghibur Mew. Aex merasa ada yang salah dengan Mew malam ini, tapi ia tidak berani menanyakannya langsung pada Mew. Mew belum mengucapkan sepatah kata pun sejak personel August yang lain memutuskan untuk merayakan suksesnya konser perdana mereka dengan makan bersama. Mereka baru saja berjalan menuju parkiran mobil sebelum Mew mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang.
“Mew!”
Mew berbalik dan langsung melihat orang yang memanggilnya. Dia merasa bersemangat lagi, karena ternyata yang memanggilnya adalah Tong. Mew lalu menghampiri Tong.
“Hey Tong,” jawab Mew malu-malu.
“The music was great,” Tong mengatakannya dengan senyum yang juga tak kalah indah dengan lagu Mew.
Dipuji seperti itu membuat pipi Mew memerah.“Do you have anything to say after listening it?” Mew sangat berharap Tong mengatakan tiga kata itu.
“Umm...,”Tong ragu-ragu,“I can’t be with you as your boy friend.”
Sesaat Mew mengira ia salah mendengar apa yang dikatakan Tong barusan. Tong sudah menyempatkan untuk datang melihat konser Mew padahal Mew sudah menjauhi Tong selama beberapa minggu, lalu sekarang Tong menemuinya secara langsung untuk mengatakan ini? Mew tidak percaya.
“But that doesn’t mean that I don’t love you,”lanjut Tongbegitu melihat ekspresi kekecewaan di wajah Mew.
Mew tertawa kecil, teringat salah satu bait di lirik lagunya, if there is love, there is always hope. Tong masih mencintai Mew, itu artinya Mew masih punya harapan.
“Thank you,” hanya itu yang bisa diucapkan Mew.
Malam itu Tong memberi Mew bagian hidung yang hilang dari boneka kayu hadiah Tong untuk Mew saat mereka kecil dulu. Sekarang boneka itu akan utuh, begitu pula dengan hati Mew. Walaupun Tong bilang dia tidak bisa menjadi pacar Mew, Mew tidak akan pernah perlu untuk takut kehilangan orang yang dia cintai lagi. Malam itu dia sangat yakin.
Mew mengerti keputusan Tong untuk seperti itu. Keluarga Tong sedang tertimpa masalah. Korn, ayah Tong, sedang menderita sakit parah karena depresi setelah kehilangan Tang, kakak Tong. Dan sudah sepantasnyalah Tong membantu ibunya menghadapi masalah itu bersama keluarganya. Mengutamakan cinta Mew dan Tong pada saat itu bukanlah solusi yang terbaik. Hanya saja...
Beberapa bulansudah berlalu dan tidak pernah sekali pun Mew bertemu Tong lagi. Mew mulai ragu, banyak pertanyaan muncul dari hatinya. Apakah yang dikatakan Tong malam itu Cuma untuk menghibur dirinya saja? Kalau begitu, bagaimana perasaan Tong yang sebenarnya pada Mew? Bila dia Cuma menganggap Mew sebagai teman, lalu kenapa malam itu Tong mencium Mew? Banyak hal yang ingin Mew tanyakan langsung pada Tong. “It would be better if I can make my heart understand his reason as easy as my brain, woudn’t it?” tanya Mew masih dengan pandangan hampa pada boneka santa kayu yang ada di meja belajarnya.
Kehidupan Mew sendiri banyak berubah setelah malam itu.Dia tidak lagi memerhatikan hari-hari. Hari demi hari terlewati begitu saja. Tidak ada yang spesial. Malah keadaan di sekolah sepertinya memburuk.Setiap usai kelas, dia langsung ke kafetaria tanpa menunggu teman-temannya yang lain. Berusaha menghindari tatapan orang-orang sebisa mungkin.Murid-murid di sekolahnya kini memilki pandangan lain padanya. Bukan pandangan bagus seperti Mew si vokalis August atau Mew yang pandai mengarang lagu-lagu cinta. Melainkan Mew yang gay dan Mew yang seperti perempuan. Mew tidak tahu siapa yang memulai, tapi jelas ada yang membocorkan rahasianya.
Bib bip bip...
Sms dari Aex:
Hurry up will ya!
Y u always late?
You should look at Aod face...
Mew menghela napas, setidaknya dia punya bandnya untuk mengalihkan perhatiannya dari Tong walau tidak sepenuhnya. Bukannya dia sudah tidak mencintai Tong, tapi setiap kali dia mengingat Tong, dadanya terasa sesak. Sehingga dia pun memutuskan untuk tidak terlalu sering memikirkan Tong. Dia perlu pengalih perhatian.